Senin, 01 Oktober 2012

Sertakan Allah Dalam Segala Urusan…

Kenapa harus demikian ???...
Kita mengetahui bahwa Allah Sang Pencipta, kerajaan-Nya meliputi seluruh langit bumi dan seisinya, Maha dari segala Maha. Oleh karena itu, kita ikrarkan dalam hati sebagai manifestasi bahwa kita selalu dalam pengawasan-Nya, memohon ridho Allah dalam segala urusan, kesuksesan hanyalah dalam genggaman-Nya, dan ketetapan-Nya adalah yang terbaik.

Hasal Albana dalam menyampaikan 4 prinsip seorang muslim, salah satu prinsip yang paling pertama dan utama di dalam hidup ini adalah Allahu ghoyatunaa (Allah tujuan kami). Yaitu : Memulai sesuatu dengan zikir dan doa serta niatkan segala urusan kepada Allah swt.

Disamping itu, Rasulullah mentauladankan setiap hari, 2 kali dalam sehari (pagi dan petang) selalu membaca doa almatsuraat. Sehabis sholat selalu membaca doa. Tiada kata yang lepas diucapkan kecuali kata Allah. Seperti mengucapkan terimakasih “Jazakallah bil khoir” (semoga Allah membalas lebih baik), ketika menerima kebaikan “Alhamdulilah” (Segala puji milik Allah), ketika menerima keburukan dan melakukan kesalahan “Astaghfirullah” (Mohon ampun kepada Allah), ketika melihat yang indah “Subhanallah” (Maha suci Allah), Ketika memberikan selamat kepada orang lain “Barakallah” (semoga Allah memberi berkah), Ketika meminta perlindungan “Hasbunallah wani’mal wakiil” (Cukup hanya Allah menjadi pelindung).
Bagaimana caranya ???...
Iringi selalu setiap aktivitas dengan doa dan basahilah selalu lidah ini dengan ucapan bismilah (Bismillahirrohmanirrohim). Doa mau makan, keluar rumah, mau tidur dan bangun tidur. Rasulullah selalu mengucapkan zikir dan doa, serta memulai setiap kegiatan dengan mengucapkan bismillah.

Iringi perbuatan baik dengan sedekah karena sedekah melunakkan hati terhadap kebaikan serta dimudahkan urusan. Tebarkan salam (Assalamualaikum wrwb) dengan sesama muslim dan ketika memasuki rumah atau kedalam ruangan, karena yakinlah bahwa akan ada malaikat yang selalu membalas salam-salam kita.

Selalu berlindung kepada Allah ketika memasuki kamar mandi, wc, tempat-tempat yang kurang bersahabat, atau ingin berkonsentrasi melakukan sebuah kebaikan dengan mengucapkan “Audzubillah himinas syaitonirojiim” (Aku berlindung kepada Allah dari godaan setan yang terkutuk).
Hikmah yang diperoleh ???...
Dengan ini kita selalu berharap agar semua aktivitas bernilai ibadah (meluruskan niat karena Allah swt), segala urusan dimudahkan, selalu berada dalam pengawasan Allah dan malaikat-Nya, segala perbuatan dilimpahkan rahmat dan berkah-Nya. 

AS LONG AS WE HAVE ALLAH, WE HAVE EVERYTHING

Wallahu a'lam.

Jumat, 10 Agustus 2012

Ramadhan Bulan Berdoa...



Tidak terasa hari ini sudah memasuki hari ke-22 ramadhan 1433 H atau bertepatan dengan 10 Agustus 2012. 

Banyak sekali kebahagiaan-kebahagiaan dengan datangnya bulan Ramadhan meskipun kita selalu merasa bahwa amalan dan ibadah ini belum pernah merasa optimal. 

Saudaraku dan Sahabatku, yang terpenting selalu ditanamkan dalam hati kita masing-masing bahwa kita selalu rindu, bahagia, tentram, damai, cinta, dan semangat dengan kedatangan tamu agung ini.

Insya Allah dengan perasaan seperti itu kita akan selalu berpikir, berhitung dan mencari-cari amalan-amalan kebaikan apa yang harus kita persembahkan kepada Allah swt selama bulan Ramadhan ini sehingga Allah swt ridha untuk memberikan gelar taqwa kepada kita semua, kemudian merahmati kita dengan penghargaan jannah. Amin Ya Rabbal alamin harapku kepada Engkau wahai Tuhan Yang Maha Rahman dan Maha Rahim.

Sahabat dan Saudaraku, salah satu gelar yang diberikan Rasulullah terhadap Ramadhan ini adalah syahruddua’ (Bulan untuk berdoa). 

Janganlah kita menyia-nyiakan kesempatan ini untuk selalu berdoa kepada Allah swt terhadap apa-apa yang selama ini yang kita inginkan, kita butuhkan, dan kita dambakan. Dalam suatu hadist dikatakan bahwa “Allah swt malu tidak mengabulkan doa orang-orang yang berpuasa.” Terlebih-lebih di bulan Ramadhan yang banyak sekali keutamaan dan kemudahan-kemudahan.

Oleh karena itu, syarat yang harus kita perhatikan ketika kita berdoa bahwa Allah Sang Maha pendengar, Maha Melihat, Maha memiliki kekuatan, Maha Pengasih dan Maha penyayang pasti akan mengabulkan seluruh doa kita dan tidak ada kesulitan atau penghalang sedikitpun untuk mengabulkan seluruh doa-doa seluruh manusia yang ada di muka bumi ini. 

Selain itu, kita harus seimbang mengagungkan Allah swt bahwa Dia Maha Adil, Maha Mengetahui, Maha Pandai, dan Maha berkehendak atas keputusan-Nya. Dan yang lebih terpenting lagi, Allah swt selalu memberikan ganjaran pahala kepada hamba-hamba-Nya yang berdoa dan tidak pernah bosan untuk mendengar permintaan-permintaan hamba-hamba-Nya setiap waktu. Coba anda bayangkan bagaimana kalau kita meminta kepada manusia ???

Satu lagi yang harus kita ingat ketika berdoa. Jangalah doa-doa itu hanya berisikan untuk kepentingan dunia saja, tetapi seimbangkanlah dengan kepentingan-kepentingan akhirat. Karena kebahagiaan akhirat lebih pasti dan lebih kekal. 

Selain itu, Janganlah kita berdoa hanya untuk kepentingan diri sendiri, tetapi juga doakan pula muslimin dan muslimat, mukminin dan mukminat, termasuk orang-orang muslim yang tertindas sebagai bukti ikatan tali ukhuwwah kita terhadap mereka.Betapa indahnya Rasulullah mengajarkan kepada kita adab-adab ketika melatunkan doa-doa. 

Wallahu a’lam bi showab.

Jumat, 15 Juni 2012





























Umi dan Abi,

Lihatlah tangan adzkiya besar. Artinya, tangan adzkiya sudah tidak kecil seperti sebelum adzkiya sekolah. 

Tolong ingatkan Adzkiya jika berbuat yang tidak baik, karena aku ingin melakukan hanya yang baik-baik.
 
Jangan sampai Adzkiya berbicara yang kotor, karena aku juga ingin hanya berkata-kata mengenai kebaikan.

Jangan Adzkiya menggunakan kaki ini ketempat yang jorok, pendengaran ini tidak mau mendengar hal-hal yang tidak baik, dan penglihatan ini tidak mau melihat yang tidak baik. 

Ini yang ingin Adzkiya sampaikan. 

I Love You Umi dan Abi.

Sayangku padamu,
Adzkiya Salimah.
Juni 2012.

Kamis, 26 April 2012

Jubilium 15 tahun...

Di Bulan April 2012, tidak terasa saya sudah bekerja di BI sudah 15 tahun lamanya,dan dari sisi usia mulai menjalani umur 41 tahun. Rasa-rasanya terasa “baru sebentar” perjalanan hidup ini. 

Oleh karena itu, tidak salah kalau Allah swt mensinyalir dalam QS An naziaat Ayat 46 bahwa 

“Pada hari mereka melihat hari berbangkit itu, mereka merasa seakan-akan tidak tinggal di dunia melainkan sebentar saja seperti di waktu sore atau pagi hari”. 

Subhanallah, sungguh akbar sekali kehidupan akhirat itu yang terkadang sering dilalaikan.
Seringkali dalam acara jubilaris, para jubilium berbagi terkait dengan pengalaman karir masing-masing. Ada yang cepat kenaikan pangkatnya, ada yang sedang-sedang saja, atau ada yang biasa-biasa saja. 

Namun, yang harus kita pahami, kita harus selalu optimis dalam berjalan kearah masa depan, bahwasanya kenikmatan itu tidak sebatas materi, rejeki itu tidak pernah tertukar dari ketetapan-Nya. Rejeki/kenikmatan itu dapat berupa kesehatan, anak2 yang sehat dan sholeh, saudara2 yang sehat dan sholeh, istri/suami yang sholeh, hati yang tenang, orangtua yang saling rukun, dimudahkan keturunan, dimudahkan jodoh, dimudahkan studi, dan banyak rejeki atau kenikmatan lainnya.

Saudaraku, 

Setiap kebaikan pasti akan dibalas dengan kebaikan. Allah Sang Pengawas Yang Maha Adil, tidak buta dan tuli terhadap kebaikan-kebaikan hamba-hambaNya. Saya pernah menderita demam berdarah yang hampir membawa pada kematian, pernah susah untuk mendapatkan keturunan, pernah punya cita-cita untuk sekolah ke LN. Tanpa kita sadari, permasalahan2 yang berat atau keingingan itu dapat terurai satu demi satu, karena balasan kebaikan-kebaikan yang pernah kita lakukan dan untaian doa-doa yang pernah kita panjatkan.

Taushiah dari Hasan Al Bana : (Disadur dari www.eramuslim.com) 

"Janganlah berputus asa atas rahmat Allah. Sungguh, tiada orang yang berputus asa atas rahmat Allah, kecuali orang yang kafir". (QS Yusuf : 87). 

Saya tidak pernah membayangkan bahwa dalam hati orang yang beriman kepada Allah dapat dihinggapi penyakit putus asa dan pesimis. Betapapun gelapnya jalan yang akan dilalui, beratnya penderitaan yang menimpa, dan banyaknya halangan merintang. Al-Qur'an menempatkan rasa putus asa ini sekedudukan dengan kekufuran dan menyejajarkan dengan kesesatan. 

Wallahu a’lam.