Kamis, 26 April 2012

Jubilium 15 tahun...

Di Bulan April 2012, tidak terasa saya sudah bekerja di BI sudah 15 tahun lamanya,dan dari sisi usia mulai menjalani umur 41 tahun. Rasa-rasanya terasa “baru sebentar” perjalanan hidup ini. 

Oleh karena itu, tidak salah kalau Allah swt mensinyalir dalam QS An naziaat Ayat 46 bahwa 

“Pada hari mereka melihat hari berbangkit itu, mereka merasa seakan-akan tidak tinggal di dunia melainkan sebentar saja seperti di waktu sore atau pagi hari”. 

Subhanallah, sungguh akbar sekali kehidupan akhirat itu yang terkadang sering dilalaikan.
Seringkali dalam acara jubilaris, para jubilium berbagi terkait dengan pengalaman karir masing-masing. Ada yang cepat kenaikan pangkatnya, ada yang sedang-sedang saja, atau ada yang biasa-biasa saja. 

Namun, yang harus kita pahami, kita harus selalu optimis dalam berjalan kearah masa depan, bahwasanya kenikmatan itu tidak sebatas materi, rejeki itu tidak pernah tertukar dari ketetapan-Nya. Rejeki/kenikmatan itu dapat berupa kesehatan, anak2 yang sehat dan sholeh, saudara2 yang sehat dan sholeh, istri/suami yang sholeh, hati yang tenang, orangtua yang saling rukun, dimudahkan keturunan, dimudahkan jodoh, dimudahkan studi, dan banyak rejeki atau kenikmatan lainnya.

Saudaraku, 

Setiap kebaikan pasti akan dibalas dengan kebaikan. Allah Sang Pengawas Yang Maha Adil, tidak buta dan tuli terhadap kebaikan-kebaikan hamba-hambaNya. Saya pernah menderita demam berdarah yang hampir membawa pada kematian, pernah susah untuk mendapatkan keturunan, pernah punya cita-cita untuk sekolah ke LN. Tanpa kita sadari, permasalahan2 yang berat atau keingingan itu dapat terurai satu demi satu, karena balasan kebaikan-kebaikan yang pernah kita lakukan dan untaian doa-doa yang pernah kita panjatkan.

Taushiah dari Hasan Al Bana : (Disadur dari www.eramuslim.com) 

"Janganlah berputus asa atas rahmat Allah. Sungguh, tiada orang yang berputus asa atas rahmat Allah, kecuali orang yang kafir". (QS Yusuf : 87). 

Saya tidak pernah membayangkan bahwa dalam hati orang yang beriman kepada Allah dapat dihinggapi penyakit putus asa dan pesimis. Betapapun gelapnya jalan yang akan dilalui, beratnya penderitaan yang menimpa, dan banyaknya halangan merintang. Al-Qur'an menempatkan rasa putus asa ini sekedudukan dengan kekufuran dan menyejajarkan dengan kesesatan. 

Wallahu a’lam.