Sabtu, 29 November 2025

Improving Leadership, Governance and Risk Management...



Currently there are two global challenges, namely digitalization and sustainability. 

Because of that, it needs: Building capacity, Ethics leadership, Distinguish between governance and management, Inspiring and empowering people, and navigating changes with integrity and vision.

If not, it will happen such as bribery in the companies and sexual scandals in Oxfam.

Corporate governance becomes very importance. It consists of: Build trust and accountability, Support long term success, Manage risks, Improve decision making, Boost investor confidence, Promote compliance and ethics, Align with stakeholders, Support sustainability, and Real independence.

Sound governance is indicated by: Effective corporate governance, accountable, shareholders, disclosure and transparency, board responsibilities, sustainability and resilience.

The obstacles and barriers in implementing Corporate Governance (CG) can be categorized into internal factors (from within the company) and external factors (from the surrounding environment), for instance: lack of understanding of governance, cultural barrier, liability/ risk concerns, and operational overload.



Jumat, 28 November 2025

London on Nov 2025...

Alhamdulilah 15 Nov 2025 Allah Swt ijin perjalankan saya dan istri ke London dalam rangka business trip mengikuti international workshop di hotel JW Marriott Grosvenor.

Perjalanan yang cukup jauh Jakarta-London tidak melulu hanya belajar pelatihan, tapi perlu dimanfaatkan secara maksimal dan optimal meliputi refreshment, memperkenalkan bank sentral Indonesia dan meningkatkan pengalaman selama perjalanan atas budaya dan kehidupan dan pencapaian Negara Inggris serta gambaran masyarakatnya.
10) Aston Martin Park Ln
11) Cotswold
12) Paddington 
14) Park Ln
15) Marble Arch 
16) Hyde Park 
17) Hotel Marriott Grosvenor 

Kamis, 27 November 2025

Amrika Allati Raytu...

Cerita pengalaman Syaikh Sayyid Qutb di Amerika Serikat yang dituangkan dalam buku Amrika Allati Raytu (The America I Have Seen) merupakan periode penting yang secara signifikan memengaruhi pemikiran dan aktivisme Islamnya, terutama setelah kembali ke Mesir.

Syaikh Sayyid Qutb berada di Amerika Serikat selama kurang lebih dua tahun, yaitu dari tahun 1948 hingga 1950, dengan tujuan untuk melakukan penelitian mengenai metode pengajaran dan memperdalam pengetahuan di bidang pendidikan atas beasiswa dari pemerintah Mesir.

Studi di Amerika
Ia belajar di beberapa institusi, termasuk:
Wilson's Teacher College di Washington D.C.,
Greeley College di Colorado (sekarang University of Northern Colorado), tempat ia meraih gelar Magister (MA), Stanford University di California.

Dampak dan Perubahan Pemikiran
Kunjungan ini justru menghasilkan kesan yang sangat kritis terhadap peradaban Barat dan Amerika, antara lain, yaitu :
1) Moralitas yang Bobrok: Ia terkejut oleh fenomena permisivitas seksual dan kegersangan moral, yang ia anggap sebagai akibat dari peradaban yang dibangun di atas dasar materialisme dan liberalisme tanpa nilai-nilai spiritual.
2) Rasisme dan Materialisme: Ia menyaksikan langsung rasisme dan budaya masyarakat Amerika yang ia anggap materialistis, kapitalis, dan feodalistik.
3) Dukungan terhadap Zionisme: Ia sangat marah oleh dukungan Amerika terhadap pembentukan negara Israel di tanah Palestina dan meningkatnya sentimen anti-Arab di Barat.
4) Kritik terhadap Gereja: Ia bahkan menuangkan kritik pesimistik terhadap peran dan personalitas pemimpin atau rohaniawan gereja dalam buku catatan perjalanannya, 

Hasil Pengalaman
Sekembalinya dari Amerika, pandangannya berubah drastis dan pengalaman telah menguatkan keyakinannya bahwa:
1) Hanya Islam yang mampu menyelamatkan manusia dari cengkeraman materialisme.
2) Masyarakat Barat berada dalam kondisi jahiliyah (kebodohan/keterbelakangan) modern karena memisahkan agama dari negara. 
3) Konsep jahiliyah modern ini menjadi salah satu ideologi yang perlu disadari sebagai alert oleh umat Islam.

Setelah kembali ke Mesir, ia mengundurkan diri dari pekerjaannya sebagai pegawai pemerintah dan secara resmi bergabung dengan gerakan Ikhwanul Muslimin.

Rabu, 26 November 2025

Cerpen Dari Andalusia....

Sebuah kisah moral yang terinspirasi oleh kekejaman nyata yang terjadi selama inkuisisi muslimin Spanyol.

Suatu sore, th 1525 di sebuah Penjara di Spanyol. Periode ini adalah puncak dari Inkuisisi Spanyol (terutama setelah jatuhnya Granada tahun 1492). 

Jendral Adolfo Roberto, pemimpin penjara yang terkenal bengis, tengah memeriksa setiap kamar tahanan. Setiap sipir penjara membungkukkan badannya serendah mungkin ketika ‘Algojo Penjara’ itu berlalu di hadapan mereka. Karena kalau tidak, sepatu ‘Jungle’ milik tuan Roberto itu akan mendarat di wajah mereka.

Roberto marah besar ketika dari sebuah kamar tahanan terdengar suara seseorang membaca Ayat2 Suci Alqur’an yang amat ia benci. “Hai … hentikan suara jelekmu ! Hentikan …!!!” Teriak Roberto sekeras-kerasnya sembari membelalakkan mata.

Namun apa yang terjadi ?

Lelaki di kamar tahanan tadi tetap saja membaca & bersenandung dengan khusyu’nya. Roberto bertambah berang. Algojo penjara itu menghampiri kamar tahanan yg sempit. Dengan congak ia meludahi wajah renta sang tahanan yg keriput hanya tinggal tulang. Tak puas sampai di situ, ia lalu menyulut wajah dan seluruh badan orang tua renta itu dgn rokoknya yg menyala.

Sungguh ajaib …! tak terdengar secuil pun keluh kesakitan. Bibir yg pucat kering milik sang tahanan amat gengsi untuk meneriakkan kata kepatuhan kepada sang Algojo.

Bibir keringnya hanya berkata lirih, _”Robbi, wa-ana ‘abduka …”. Tahanan lain yang menyaksikan kebiadaban itu serentak bertakbir sambil berkata, “Bersabarlah wahai ustadz … Insya Allah tempatmu di Syurga.”

Melihat kegigihan orang tua yang dipanggil ustadz oleh sesama tahanan, ‘algojo penjara’ itu bertambah memuncak amarahnya. Ia perintahkan pegawai penjara untuk membuka sel, dan ditariknya tubuh orang tua itu keras-keras hingga terjerembab di lantai. “Hai orang tua busuk…!! Bukankah engkau tahu, aku tidak suka bahasa jelekmu itu ?! Aku tidak suka apapun yang berhubungan dengan agamamu….!!!”

Sang Ustadz lalu berucap, “Sungguh … aku sangat merindukan kematian, agar aku segera dapat menjumpai kekasihku yang amat kucintai, Allah SWT. Karena kini aku berada di puncak kebahagiaan karena akan segera menemui-Nya. Maka patutkah aku berlutut kepadamu, hai manusia busuk ? Jika aku turuti kemauanmu, tentu aku termasuk orang2 yg zhalim”.

Baru saja kata-kata itu terhenti, sepatu laras Roberto sudah mendarat di wajahnya. Laki-laki itu terhuyung-huyung. Kemudian jatuh terkapar di lantai penjara dengan wajah bersimbah darah.
Ketika itulah dari saku baju penjaranya yang telah lusuh, meluncur sebuah ‘Buku Kecil’. Adolfo Roberto bermaksud memungutnya.

Namun tangan sang Ustadz telah terlebih dahulu mengambil dan menggenggamnya erat-erat.
“Berikan buku itu, hai laki-laki dungu !”, bentak Roberto. “Haram bagi tanganmu yang kafir dan berlumuran dosa untuk menyentuh barang suci ini !”, ucap sang ustadz dengan tatapan menghina pada Roberto. Tak ada jalan lain, akhirnya Roberto mengambil jalan paksa untuk mendapatkan buku itu. Sepatu laras berbobot dua kilogram itu ia gunakan untuk menginjak jari-jari tangan sang ustadz yang telah lemah. Suara gemeretak tulang yang patah terdengar menggetarkan hati.

Namun tidak demikian bagi Roberto. Laki-laki bengis itu malah merasa bangga mendengar gemeretak tulang yang terputus. Bahkan ‘algojo penjara’ itu merasa lebih puas lagi ketika melihat tetesan darah mengalir dari jari-jari musuhnya yang telah hancur. Setelah tangan renta itu tak berdaya, Roberto memungut buku kecil yang membuatnya penasaran. Perlahan Roberto membuka sampul buku yang telah lusuh. Mendadak algojo itu termenung dan berkata dalam hatinya : “Ah … sepertinya aku pernah mengenal buku ini. Tapi kapan ?? Ya, aku pernah mengenal buku ini.” suara hati Roberto bertanya-tanya.

Perlahan Roberto membuka lembaran pertama itu. Jenderal berumur 30 tahun itu bertambah terkejut tatkala melihat tulisan-tulisan “aneh” dalam buku itu.bRasanya ia pernah mengenal tulisan seperti itu dahulu. Namun, sekarang tak pernah dilihatnya di bumi Spanyol.

Akhirnya Roberto duduk di samping sang ustadz yang sedang sakarat melepas nafas-nafas terakhirnya. Wajah bengis sang algojo kini diliputi tanda tanya yang dalam. Mata Roberto rapat terpejam. Ia berusaha keras mengingat peristiwa yang di alaminya sewaktu masih kanak-kanak dulu.

Perlahan, sketsa masa lalu itu tergambar kembali dalam ingatan Roberto. Pemuda itu teringat ketika suatu sore di masa kanak-kanaknya terjadi kericuhan besar di negeri tempat kelahirannya ini.
Sore itu ia melihat peristiwa yang mengerikan di lapangan Inkuisisi (lapangan tempat pembantaian kaum muslimin di Andalusia). Di tempat itu tengah berlangsung pesta darah dan nyawa. Beribu-ribu jiwa kaum muslimin yg tak berdosa berjatuhan di bumi Andalusia. Di ujung kiri lapangan, beberapa puluh wanita berhijab (jilbab) digantung pada tiang-tiang besi yang terpancang tinggi. Tubuh mereka bergelantungan tertiup angin sore yang kencang, membuat pakaian muslimah yang dikenakan berkibar-kibar di udara.

Sementara, di tengah lapangan ratusan pemuda Islam dibakar hidup-hidup pada tiang-tiang salib, hanya karena tidak mau memasuki agama yang dibawa oleh para rahib. Seorang bocah laki-laki mungil tampan, berumur tujuh tahunan, malam itu masih berdiri tegak di lapangan Inkuisisi yang telah senyap. Korban-korban kebiadaban itu telah syahid semua. Bocah mungil itu mencucurkan airmatanya menatap sang ibu yang terkulai lemah di tiang gantungan.

Perlahan-lahan bocah itu mendekati tubuh sang Ummi (ibu) yang sudah tak bernyawa, sembari menggayuti abaya hitamnya. Sang bocah berkata dengan suara parau, “Ummi.. ummi.. mari kita pulang. Hari sudah malam. Bukankah ummi telah berjanji malam ini akan mengajariku lagi tentang alif, ba, ta, tsa ….? Ummi, cepat pulang ke rumah ummi …”

Bocah kecil itu akhirnya menangis keras, ketika sang ummi tak jua menjawab ucapannya. Ia semakin bingung dan takut, tak tahu harus berbuat apa. Untuk pulang ke rumah pun ia tak tahu arah. Akhirnya bocah itu berteriak memanggil bapaknya, _”Abi … Abi … Abi …”
Namun ia segera terhenti berteriak memanggil sang bapak ketika teringat kemarin sore bapaknya diseret dari rumah oleh beberapa orang berseragam.

“Hai … siapa kamu?!”_ teriak segerombolan orang yang tiba-tiba mendekati sang bocah. “Saya Ahmad Izzah, sedang menunggu Ummi …” jawab sang bocah memohon belas kasih.
“Hah … siapa namamu bocah ?? Coba ulangi !!!”
bentak salah seorang dari mereka
“Saya Ahmad Izzah …”_ sang bocah kembali menjawab dengan rasa takut. Tiba-tiba “plak! sebuah tamparan mendarat di pipi sang bocah.
“Hai bocah …! Wajahmu bagus tapi namamu jelek.
Aku benci namamu. Sekarang kuganti namamu dengan nama yang bagus. Namamu sekarang ‘Adolfo Roberto’ …Awas ! Jangan kau sebut lagi namamu yang jelek itu. Kalau kau sebut lagi nama lamamu itu, nanti akan kubunuh!”_ ancam laki-laki itu. Sang bocah meringis ketakutan, sembari tetap meneteskan air mata. Anak laki-laki mungil itu hanya menurut ketika gerombolan itu membawanya keluar dari lapangan Inkuisisi.

Akhirnya bocah tampan itu hidup bersama mereka. Roberto sadar dari renungannya yang panjang. Pemuda itu melompat ke arah sang tahanan. Secepat kilat dirobeknya baju penjara yang melekat pada tubuh sang ustadz. Ia mencari-cari sesuatu di pusar laki-laki itu.
Ketika ia menemukan sebuah ‘tanda hitam’ ia berteriak histeris, “Abi… Abi … Abi ..!!.”
Ia pun menangis keras, tak ubahnya seperti Ahmad Izzah dulu.

Pikirannya terus bergelut dengan masa lalunya.
Ia masih ingat betul, bahwa buku kecil yang ada di dalam genggamannya adalah Kitab Suci milik bapaknya, yang dulu sering dibawa dan dibaca ayahnya ketika hendak menidurkannya. Ia juga ingat betul ayahnya mempunyai ‘tanda hitam’ pada bagian pusarnya. Pemuda beringas itu terus meraung dan memeluk erat tubuh renta nan lemah. Tampak sekali ada penyesalan yang amat dalam atas ulahnya selama ini.

Lidahnya yang sudah berpuluh-puluh tahun alpa akan Islam, saat itu dengan spontan menyebut,
“Abi … aku masih ingat alif, ba, ta, tsa …”
Hanya sebatas kata itu yang masih terekam dalam benaknya. Sang ustadz segera membuka mata ketika merasakan ada tetesan hangat yang membasahi wajahnya. Dengan tatapan samar dia masih dapat melihat orang yang tadi menyiksanya habis-habisan kini tengah memeluknya.

“Tunjuki aku pada jalan yang telah engkau tempuh Abi, tunjukkan aku pada jalan itu …” Terdengar suara Roberto memelas. Sang ustadz tengah mengatur nafas untuk berkata-kata, ia lalu memejamkan matanya. Air matanya pun turut berlinang.

Betapa tidak, jika sekian puluh tahun kemudian, ternyata ia masih sempat berjumpa dengan buah hatinya, ditempat ini. Sungguh tak masuk akal.
Ini semata-mata bukti kebesaran Allah. Sang Abi dengan susah payah masih bisa berucap. “Anakku, pergilah engkau ke Mesir. Di sana banyak saudaramu. Katakan saja bahwa engkau kenal dengan Syaikh Abdullah Fattah Ismail Al-Andalusy. Belajarlah engkau di negeri itu”

Setelah selesai berpesan sang ustadz menghembuskan nafas terakhir dengan berbekal kalimah indah “Dua Kalimah Syahadat..! Beliau pergi menemui Robbnya dengan tersenyum, setelah sekian lama berjuang di bumi yang fana ini.

Beberapa tahun kemudian…..Ahmad Izzah telah menjadi seorang Ulama Besar di Mesir.
Seluruh hidupnya dibaktikan untuk agama Islam, sebagai ganti kekafiran yang di masa muda sempat disandangnya. Banyak pemuda Islam dari berbagai penjuru dunia berguru kepadanya … Al-Ustadz Ahmad Izzah Al-Andalusy.

Firman Allah Ta’ala:
“Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama Allah, tetaplah atas fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrahnya itu. Tidak ada perubahan atas fitrah Allah. Itulah agama yang lurus, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui.” (QS. 30:30)

Wallahu a'lam disadur dari wa grup Islam.

NB : Inkuisisi secara umum menjadi simbol penyiksaan dan perlakuan kejam atas nama agama dalam sejarah Eropa.

Selasa, 11 November 2025

Where to start?


Untuk Bangsa Arab, Dunia Islam dan Internasional

"Ide rekonstruksi telah digaungkan di hadapan penduduk Gaza. Mereka yang menyerukannya dari luar negeri tampaknya hanya membayangkan pembersihan puing-puing, pengecoran beton, dan rehabilitasi infrastruktur."

"Tidak ada pembicaraan tentang membangun kembali rakyat, memulihkan institusi, martabat, dan rasa memiliki mereka."

Sultan Barakat dan Alison Phipps
Profesor kebijakan publik di Universitas Hamad Bin Khalifa, dan profesor kehormatan di Universitas York.⁠

Sumber: Al-Jazeera

Simak terus kabar Palestina di channel Telegram: 
🇵🇸 Halopalestina
✅ Join Channel: https://t.me/halopalestinacom

Senin, 10 November 2025

Pahlawan....


Pasukan Hamas di Gaza tak ubahnya seperti Pasukan Pejuang seperti layaknya pejuang kemerdekaan dan perdamaian di tanah air-mu. Kalau di Indonesia, mereka seperti Pasukan Bung Tomo pejuang kota Surabaya 10 November, Pasukan Gerilya Jendral Sudirman atau Pasukan Bambu runcing pembela tanah air.

Mereka adalah pahlawan pejuang kemerdekaan yang pastinya selalu difitnah dan tidak disenangi oleh penjajah dengan segala sebutan dan gelar penghinaan pemberontak, teroris, atau ekstrimis. Mereka pahlawan yang sangat dibenci dan dicaci  oleh Zionis karena militan, pantang menyerah, dan selalu melakukan perlawanan.

Doa dan keberpihakan kita selalu kepada para pahlawan pembela kemerdekaan dan perdamaian dunia rahmatan lil a'lamin. Doa dan hormat kita selalu kepada para pemberani pembela keadilan dan penentang kezaliman dan penghancuran terhadap segala penindasan kepada umat manusia berupa genosida dan perusak ekosistem yang tidak mengenal belas kemanusiaan dan lingkungan dan melebihi kebejatan binatang.

Jumat, 31 Oktober 2025

Hijabku Pakaianku...


Berhijab adalah bagian dari pakaian penutup aurat. Dia bukan untuk supaya terlihat alim. Dia bukan untuk merendahkan dirimu. Dia pun bukan untuk menghakimi perempuan yang tidak berhijab.

Namun dia tentang bukti taat kepada Allah Swt yang sudah terlalu banyak memberi nikmat. Dia tentang menghormati tubuh yang telah Allah Swt titipkan. Dia pun berguna untuk melindungi dirimu. Setiap dikenakan akan mengalir pahala karena cintamu kepada Sang Khalik.

Dan kalau ada teman/sahabat/saudara/guru/orangtua yang mengingatkan, ketahuilah mereka tidak bermaksud untuk mengekangmu atau memojokkanmu atau mencampuri urusanmu.

Tapi karena mereka tahu, suatu hari nanti, Allah Swt Sang Pencipta akan bertanya tentang itu....