Selasa, 07 Desember 2010

Nikmat mana dari Tuhanmu yang kamu dustakan?



Ar-Rasulullah qudwatunaa....

Hari ini Selasa, 1 Muharam 1432H, bertepatan dengan 7 Desember 2010, kebetulan saya sedang dinas melakukan audit di KBI Banjarmasin, menginap di Hotel Rattan Inn, Jl. Ahmad Yani Km 5,7.

Ketika menghidupkan notebook untuk mempersiapkan bahan diskusi audit, saya teringat untuk mendengarkan digital Quran yang dilantunkan oleh seorang Hafiz Syeikh Sa’ad Alghomidi, imam masjid Damaam, Riyadh. Software ini dilengkapi pula dengan terjemahan dalam 2 Bahasa, yaitu: Indonesia dan Inggris. Biasanya saya menghidupkan digital Quran, hanya mendengarkan sambil bekerja dengan lihat-lihat yang lainnya (multi-tasking).

Namun hari ini saya sengaja menghidupkan digital Quran dimulai surat Ar-Rahman sambil muraja’ah dan membaca terjemahannya pikir saya. Coba antum lakukan seperti yang saya lakukan? Subhanallah, betapa indahnya bacaan dan terjemahannya, seolah-olah ada energy yang tidak kita duga sebelumnya. Surat itu dimulai dengan kata Arrahman (Tuhan Yang Maha Pemurah), kemudian mulai ayat 13 s.d akhir ayat 78, terdapat ayat-ayat yang selalu diulang-ulang, Nikmat mana dari Tuhan kamu yang kamu dustakan? Kemudian ditutup dengan Maha agung nama Tuhanmu Yang memiliki kebesaran dan karunia.

Saudaraku, coba anda baca lagi terjemahan Surat Ar-Rahman sekali lagi, Tuhan yang Maha Pemurah, Yang telah mengajarkan Qur’an. Pernahkah kita berpikir apakah ada hubungannya antara kemurahan Allah dengan Quran yang diturunkan Allah? Apakah kita percaya bahwa Quran adalah Kitab Petunjuk? Apakah kita paham bahwa Generasi Islam adalah Generasi Quran?. Apakah kita yakin dengan hadist Rasul bahwa tidak ada bacaan yang apabila kita membacanya mendapatkan pahala, kecuali Al-quran? Bagaimana menurut anda, kalau ada seseorang berkata: Tidaklah pantas bagi seorang Muslim, kalau dia tidak membaca Quran-nya dalam setiap harinya? Sudah benar-benar lalai seorang muslim, kalau dalam setiap harinya tidak pernah menargetkan dirinya untuk membaca berapa ayat Quran yang dibaca setiap harinya.

Saudaraku, pantaslah Allah kalau menghubungkan antara Tuhan Yang Maha Pemurah dengan nikmat mana dari Tuhanmu yang kamu dustakan? Coba anda baca lagi terjemahan surat Ar-Rahman sekali lagi, dengan dimulai dari nikmat-nikmat Allah yang sudah diberikan di bumi sampai pada nikmat-nikmat Allah yang akan diberikan di Surga. Seolah-olah Allah berkata dengan jelas, transparan, dan detil tentang nikmat-nikmat-Nya pada orang-orang yang masuk kedalam surga. Seolah-olah Allah berkata berulang-ulang, apakah hamba-hamba-Ku masih tidak mau untuk berlomba-lomba memasuki surga Allah???... Sungguh Maha Rahman wahai Engkau Ya Allah. Wallahu a’lam.

Jumat, 03 September 2010

Ketika malam Lailatul Qadar bersemi.....


Di tahun 2010, Sabtu 4 September atau bertepatan dengan hari ke 25 Ramadhan 1431H, pertama kali saya memulai kembali sharing dalam blogspot ini. Sering orang bertanya tanda-tanda physically bahwa kita mendapatkan malam Lailatul Qadar.

Saudaraku, terkadang kita senang berdiskusi untuk hal-hal seperti ini, mendapatkan pahala yang besar dari Allah seketika dari malam lailatul qadar dimana satu kebaikan dinilai seribu bulan atau 83 tahun. Tetapi kita kurang serius untuk selalu menampilkan amalan-amalan terbaik di hari-hari bulan Ramadhan.

Terkadang dengan semakin pintarnya manusia, ada pertanyaan-pertanyaan yang cukup menggelitik yang bertanya apakah kalau malam Lailatul Qadar turun di malam-malam ganjil, bagaimana dengan perbedaan waktu yang berbeda di belahan bumi ini?, seperti di Indonesia jam 2 pagi, tetapi di US-kan dengan perbedaan waktu 12 jam, masih jam 14.00 siang. Pertanyaan lain, apakah kalau di suatu negara, musimnya sedang hujan terus setiap malamnya. Apakah pada saat itu tidak terjadi malam lailatul Qadar?? Kemudian ada pertanyaan lagi, apakah malam lailatul Qadar cuma sekali dalam semalam atau lebih dari itu???

Sauadaraku, ada 3 hal yang jelas sekali dan harus kita yakini. Di dalam hadist disampaikan bahwa malam Lailatul Qadar pasti datang pada 10 hari terakhir bulan Ramadhan, maka perbanyak dan tingkatkan amalan-amalan kita dibandingkan dengan hari-hari Ramadhan sebelumnya. Yang ke-2, perbanyaklah doa yang biasa Rasulullah lakukan di bulan Ramadhan “Allahumma innaka afuwwun tuhibbul afwafa’ fuanna” (Wahai Allah, sesungguhnya Engkau Maha Pengampun, sayangi dan ampunkanlah kami) dan “Allahumma nasaluka ridhoka waljannah wanauzubika minannar” (Ya Allah ridhokanlah kami dengan syurga-Mu dan jauhkanlah neraka-Mu”). Ke-3, perbanyaklah semua amalan kebaikan lebih banyak dari bulan biasanya, dan diri kita pun juga membenarkan bahwa kita sudah melakukannya lebih banyak, seperti ke mesjid, berdoa, sholat sunnah, sedekah dan baca Quran. Dan menurut pendapat sebagian dari salafussholeh, apabila seorang yang bisa membaca Alquran dengan baik, namun dia tidak bisa meng-khatamkan bacaan Quran-nya khusus di bulan Ramadhan, maka dapat dikatakan dia sudah lalai dengan hak atas Quran-nya.

Seharusnya, kita wajib punya strategi dengan amalan-amalan akhirat, memasuki kenikmatan syurga yang kekal perlu pengorbanan dan kesungguhan, meskipun kita sadar bahwa rahmat Allah sungguh besar, Allah Maha pengasih, penyayang, dan pengampun pada hamba-hamba-Nya. Wallahu alam.