Rabu, 05 Juli 2017

Sekelumit Cerita Syawal 1438 Hijriyah...



Sebagaimana kebiasaan di Indonesia di hari Idul Fitri kita saling bersilaturahmi dengan keluarga, sanak saudara dan handai taulan untuk saling bermaafan. Saat itu kita bertemu dengan segala macam jenis orang dari yang kaya dan biasa-biasa saja, dari yang berkedudukan dan biasa-biasa saja, dari yang bertitel dan biasa-biasa saja.

Disela pembicaraan terkadang terjadi pembandingan antara orang yang satu dengan yang lainnya terutama terkait dengan harta kekayaannya. Si anu lebih kaya dari si ini. Si anu nggak punya titel keilmuan, tetapi lebih kaya dari si ini. Karena dilihat dari gaya pakaian dan aksesoris yang berlente dan bawaan mobil yang mewah. Selain itu, hal yang tidak kalah serunya pembicaraan terkait dengan keberhasilan dan prestasi anak-anak. Diskusi ini ternyata tidah hanya di kalangan orang tua, namun juga berimbas kepada anak-anak yang memasuki usia remaja.

Namun ada hal yang menarik ketika seorang anak remaja memberikan pendapat, Si anu orangnya baik, kaya dan pintar, akan tetapi sungguh disayangkan tidak pernah sholat dan/atau sholatnya belang bentong. Subhanallah, komentar ini cukup dahsyat menggemparkan relung-relung hati ini, dimana seorang anak remaja memiliki kerangka berpikir yang luar biasa, dengan menyampaikan kriteria penilaiannya sebagaimana kriteria Alquran dan Alhadist. "Sesungguhnya yang paling mulia diantara kalian adalah orang yang paling bertaqwa". Cara melihat kemuliaan atau kehebatan seseorang dari kemampuan orang tersebut dalam menghargai Tuhan, Rasul dan Din-nya.

Ada lagi yang berkomentar, Ibu itu orangnya baik dan melakukan sholat tapi kok nggak pakai jilbab/hijab. Subhanallah, seorang anak remaja sudah paham betul bagaimana menilai seharusnya cara berpakaian seorang muslimah yang sudah baligh. Orang itu sudah baik dalam pandangan manusia umum. Tetapi masih adakah kebaikan, ketika orang tersebut tidak taat kepada Tuhan Sang Pencipta yang memerintahkan kepada para muslimah baligh untuk mengenakan jilbabnya. Bukankah ketidaktaatan iblis hanya tidak mau bersujud kepada Adam ketika Allah memerintahkan untuk bersujud.

Subhanallah, ketika kita memiliki anak-anak langit yang menilai orang dan kehidupan ini dengan kacamata Alquran dan Alhadist. Anak-anak yang mampu melihat bahwa kehidupan kampung akhirat adalah kehidupan masa depan yang akan kita tuju untuk selamanya, sedangkan kehidupan dunia hanyalah sementara.

Semoga kita dan anak-anak kita selalu istiqomah dalam menjalankan kehidupan ini dan selalu diberi petunjuk dan lindungan-Nya. Amin ya Robbal Alamiin..