Rabu, 22 September 2021

Wahai Pendosa....

 


Saudaraku, 

Manusia disebut Allah Swt di dalam surat Alquran dengan kata "Al-insan". Di awal surat Allah Swt menjelaskan bahwa manusia diciptakan dari setetes mani yang bercampur. Manusia, yaitu kita semua adalah makhluk pendosa, banyak lupa dan sering melakukan kesalahan. 

Namun disisi lain, Allah Swt selalu memberikan kabar gembira kepada manusia, bahwa setinggi gunung atau seluas lautan kesalahan dan dosa-dosa, maka rahmat Allah Swt menutupi/ menghapus itu semua. 

Banyak sekali cerita-cerita di dalam hadist yang menjelaskan betapa rahman dan rahim (pengasih dan penyayang)-Nya Allah Swt terhadap manusia, diantaranya :

لَلَّهُ أَشَدُّ فَرَحًا بِتَوْبَةِ عَبْدِهِ حِينَ يَتُوبُ إِلَيْهِ مِنْ أَحَدِكُمْ كَانَ عَلَى رَاحِلَتِهِ بِأَرْضِ فَلَاةٍ فَانْفَلَتَتْ مِنْهُ وَعَلَيْهَا طَعَامُهُ وَشَرَابُهُ فَأَيِسَ مِنْهَا فَأَتَى شَجَرَةً فَاضْطَجَعَ فِي ظِلِّهَا قَدْ أَيِسَ مِنْ رَاحِلَتِهِ فَبَيْنَا هُوَ كَذَلِكَ إِذَا هُوَ بِهَا قَائِمَةً عِنْدَهُ فَأَخَذَ بِخِطَامِهَا ثُمَّ قَالَ مِنْ شِدَّةِ الْفَرَحِ اللَّهُمَّ أَنْتَ عَبْدِي وَأَنَا رَبُّكَ أَخْطَأَ مِنْ شِدَّةِ الْفَرَحِ

Sungguh kegembiraan Allah karena taubatnya hamba-Nya melebihi kegembiraan salah seorang dari kalian terhadap hewan tunggangannya di sebuah padang pasir yang luas, namun tiba-tiba hewan tersebut lepas, 

padahal di atasnya ada makanan dan minuman hingga akhirnya dia merasa putus asa untuk menemukannya kembali. 

kemudian ia beristirahat di bawah pohon, namun di saat itu, tiba-tiba dia mendapatkan untanya sudah berdiri di sampingnya. 

Ia pun segera mengambil tali kekangnya kemudian berkata; ‘Ya Allah Engkau hambaku dan aku ini Tuhan-Mu.’ Dia telah salah berdo’a karena terlalu senang.” (HR. Muslim no. 2747).

 

Di Riwayat lain :

عَنْ عُمَرَ بْنِ الْخَطَّابِ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قال: قَدِمَ عَلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ سَبْيٌ فَإِذَا امْرَأَةٌ مِنْ السَّبْيِ قَدْ تَحْلُبُ ثَدْيَهَا تَسْقِي إِذَا وَجَدَتْ صَبِيًّا فِي السَّبْيِ أَخَذَتْهُ فَأَلْصَقَتْهُ بِبَطْنِهَا وَأَرْضَعَتْهُ فَقَالَ لَنَا النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: أَتُرَوْنَ هَذِهِ طَارِحَةً وَلَدَهَا فِي النَّارِ؟. قُلْنَا: لَا، وَهِيَ تَقْدِرُ عَلَى أَنْ لَا تَطْرَحَهُ. فَقَالَ: لَلّهُ أَرْحَمُ بِعِبَادِهِ مِنْ هَذِهِ بِوَلَدِهَا

Dari Umar bin al-Khatthab radhiyallahu anhu berkata, 

“Datang kepada Rasulullah shallallahu alaihi wasallam beberapa orang tawanan perang. 

Ternyata dari tawanan tersebut ada seorang perempuan yang mencari bayi yang disusuinya. Ketika dia mendapatkan anak kecil dalam tawanan tersebut, ia  mengambilnya lalu mendekapnya ke perutnya dan menyusuinya, 

maka Nabi shallallahu alaihi wasallam bersabda kepada kami, ‘Menurut kalian, apakah perempuan itu tega melemparkan bayinya ke dalam api?’ 

Kami menjawab, ‘Tidak, ia tidak akan tega melemparkan anaknya ke dalam api selama ia masih sanggup menghindarkannya dari api tersebut’.

Lalu beliau shallallahu alaihi wasallam bersabda, ‘Sungguh, kasih sayang Allah terhadap para hamba-Nya melebihi kasih sayang perempuan itu terhadap anaknya’.”

 

Wallahu a'lam.

 


Minggu, 12 September 2021

Izzah Muslimiin...

 

Saudaraku,

Suatu hari, di tengah kerumunan para sahabat, nabi Muhammad SAW bertutur soal kondisi umat islam akhir zaman.  

قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يُوشِكُ الْأُمَمُ أَنْ تَدَاعَى عَلَيْكُمْ كَمَا تَدَاعَى الْأَكَلَةُ إِلَى قَصْعَتِهَا فَقَالَ قَائِلٌ وَمِنْ قِلَّةٍ نَحْنُ يَوْمَئِذٍ قَالَ بَلْ أَنْتُمْ يَوْمَئِذٍ كَثِيرٌ وَلَكِنَّكُمْ غُثَاءٌ كَغُثَاءِ السَّيْلِ وَلَيَنْزَعَنَّ اللَّهُ مِنْ صُدُورِ عَدُوِّكُمْ الْمَهَابَةَ مِنْكُمْ وَلَيَقْذِفَنَّ اللَّهُ فِي قُلُوبِكُمْ الْوَهْنَ فَقَالَ قَائِلٌ يَا رَسُولَ اللَّهِ وَمَا الْوَهْنُ قَالَ حُبُّ الدُّنْيَا وَكَرَاهِيَةُ الْمَوْتِ

Yang artinya : “Hampir tiba masanya kalian diperebutkan seperti sekumpulan pemangsa yang memperebutkan makanannya.”

Seseorang berkata, “Apakah karena jumlah kami sedikit waktu itu?” 

Beliau bersabda, “Bahkan kalian waktu itu banyak sekali, tetapi kamu seperti buih di atas air. Dan Allah mencabut rasa takut musuh-musuhmu terhadap kalian serta menjangkitkan di dalam hatimu penyakit wahn.” 

Seseorang bertanya, “Apakah wahn itu?” Beliau menjawab, Hubb al-dunya wa karahiyah al-maut yang artinya “Cinta dunia dan takut mati.”     

(HR. Ahmad, Al-Baihaqi, Abu Dawud)

Wahai Bunda,

Antunna madrosatul aulad (tempat madrasah anak-anak). Anak-anak adalah bagian dari dakwah para Bunda yang pertama dan utama. Ajarkan anak-anak agar mengenal Allah Swt. Perkenalkan Allah Swt semenjak masih dalam kandungan. Yakinkan bahwa Allah Swt dekat dan mengawasi kita. Allah Maha Besar dan Maha Pemberi Rejeki, dan tidak ada kekuatan dan sandaran kecuali Allah Swt.

Wahai Ayah,

Banyak ahli parenting yang mengatakan "Ada ayah namun tiada".  Fungsi ayah bukan hanya pemberi nafkah namun ikut terlibat dalam perkembangan akidah dan akhlaq anak-anak. Pelajaran sholat dan baca Al-quran anak-anak hendaknya diajari langsung oleh orang tuanya. Hal ini akan menjadi amal jariyah para orang tua ketika bertemu dengan Allah Swt.

Islam itu agama damai. Tetapi untuk melawan kezoliman diperlukan kekuatan. 

Islam agama tinggi dan tidak ada yang lebih tinggi darinya. Izzah/ kehormatan muslimin adalah sepanjang umat Islam selalu berorbit kepada Islam yaitu Alquran dan Alhadist. Umat Islam harus seimbang (tawazun) dalam bertingkah, berpakaian dan makanan. Menempatkan kepentingan akhirat lebih utama dibandingkan dunia. Membina tali silaturahmi (ukhuwwah) dengan sesama muslim. Bertutur kata yang baik dan sopan dengan sesama muslim dan bertindak tegas dengan para kafirin. Tidak mudah diadu domba, tabayyun atas data/ informasi yang diterima. 

Quwwatul aqidah ketika diam, zikir dan berpikir, dan quwwatul akhlaq ketika berbuat dalam perbuatan sehari-hari.

Dunia penjara bagi orang-orang Islam. Setiap pikir dan perbuatan harus memberikan contoh bahwa antum khoiru ummah (Anda umat terbaik/ suri tauladan). Setiap pikir dan perbuatan kita, banyak orang memperhatikan dan mencari kelemahan. Sedikit berbuat kesalahan, akan banyak orang yang akan mencela dan apabila banyak berbuat kebaikan memang sudah seharusnya.

Dan ketahuilah untuk istiqomah bukan perkara yang mudah dan ringan. Manusia memiliki hawa nafsu, sifat sombong dan selalu ingin dipuji. Manusia selalu merasa ingin dihargai dan memiliki pengaruh kepada orang lain. Ingin memiliki kekayaan yang berlimpah dan kekuasaan.

Cukuplah husnul khotimah dan surga menjadi penghargaan tertinggi bagi seorang muslim.