Rabu, 03 Mei 2017

Lomba Blog BI : “Transformasi dalam Konsep Islam ”


Peran BI sebagai penjaga stabilitas ekonomi bangsa, dengan didukung oleh pengembangan potensi diri pegawai secara optimal. Keberhasilan setiap perubahan/transformasi seyogyanya diikuti dengan unsur yang terpenting yaitu manusianya. Lalu darimana zero point kita akan memulainya? Tentunya dari pengembangan diri pegawainya, sebagaimana dilansir dalam hadist Rasulullah : “Ibda’ binafsik”, mulailah dari dirimu sendiri.

Sekarang pertanyaannya, bagaimana dari perubahan pribadi-pribadi bisa terajud menjadi perubahan yang berirama dalam satu kumpulan jamaah seperti orkestra dengan peran dan kompetensi masing-masing menuju satu tujuan yang satu yaitu Bank Indonesia yang kredibel dan dapat dipercaya di negaranya sendiri dan dunia internasional?

Kalau kita melihat referensi, banyak sekali konsep / teori yang memberikan sharing kontribusi dari multi disiplin, kalau dalam teori SDM dibahas dalam subyek Organization Development atau Transformation Leadership. Dalam konsep Agama pun punya andil terhadap konsep transformasi, terutama Islam memberikan kontribusi yang cukup jitu yang telah diterapkan Rasulullah saw. Konsep Islam yang sangat terkenal yaitu “Jadikanlah hari ini lebih baik dari hari kemarin, dan jadikanlah hari esok lebih baik dari hari ini”. Konsep ini ternyata selaras pula dengan konsep kaizen dan Total Quality Management (TQM) dalam pengetahuan modern saat ini. Artinya konsistensi /istiqomah dalam kebaikan harus dijaga dan ditingkatkan.

Dalam konsep Islam, pengembangan awal dari setiap diri manusia adalah “Al-fahmu” yang artinya pemahaman. Tidaklah mungkin seorang pribadi dapat menjalankan kehidupan ini dengan sukses dan mulia baik di dunia maupun akhirat, sebelum memahami siapa Tuhannya sebagai Sang Pencipta bumi dan alam seisinya. Teori ini telah dibuktikan oleh Rasulullah, dimana dalam waktu 23 tahun dapat men-transform manusia dari zaman kebodohan (jahiliyah) menjadi zaman mengenal tuhannya (madani). Manusia yang madani dapat mengetuk hati Tuhannya sehingga dibukalah rahmat dan keberkahan dari langit dan bumi untuk hamba-hamba-Nya. Kalau Allah Taala sudah membukakan rahmat dan berkah-Nya, apatah ada kekuatan lain yang dapat menandingi-Nya?.

Konsep ini pasti absolut dapat diterapkan di Bank Indonesia yang ingin menggapai perubahan bank sentral yang lebih baik di tahun 2024. So, bagaimana penerapannya? Jawabannya adalah setiap implementasi tahapan demi tahapan perubahan di Bank Indonesia jangan sampai menabrak dari koridor framework aturan ketuhanan selaku Sang Penguasa Jagad Raya ini. Sebagai contoh sederhana, setiap rapat diberi waktu break khusus agar para peserta rapat dapat menunaikan ibadah sholat dengan waktu yang pantas, kalau tidak bisa sholat tepat pada waktunya. Setiap awal kegiatan dimulai dengan doa dan diakhiri dengan istighfar (ampunan Tuhan). Tidak perlu semua konsep Islam harus dilakukan dengan formalitas. Namun dapat dilihat dan dirasakan sebuah acara kegiatan yang penuh dengan tawadhu/rendah hati untuk mendapat curah rahmat Allah swt dibandingkan dengan acara yang ingin menunjukkan arogansi dan kemubaziran. Dan acara yang penuh rahmat Allah swt tidaklah melulu ditandai dengan diisi pengajian dan ceramah oleh para ustadz.

Hal lain yang perlu diisi dalam pengembangan diri pegawai adalah etos kerja dengan penuh cinta. Etos kerja sangatlah diperlukan. Namun etos kerja yang diikuti dengan rasa cinta untuk melakukan pengorbanan akan menghasilkan buah yang lebih fantastis. Alquran membanggakan dalam Surat At-taubah ayat 105 : “Bekerjalah kamu, maka Allah dan Rasul-Nya serta orang-orang mukmin akan melihat pekerjaanmu itu, dan kamu akan dikembalikan kepada (Allah) yang Maha Mengetahui yang gaib dan yang nyata, lalu diberitakan-Nya kepada kamu apa yang telah kamu kerjakan.”

Dalam konsep Islam, etos kerja dikaitkan dengan Allah, Rasul-Nya dan orang beriman akan melihat pekerjaanmu itu. Dan apabila itu memberikan manfaat yang baik akan menjadi amal jariyah yang mengalir sepanjang masa. Etos kerja tidak hanya dikaitkan dengan gaji/insentif semata. Namun apabila dikaitkan dengan Allah, Rasul dan para orang beriman akan melihat pekerjaanmu dapat memberikan dampak yang lebih besar. Sebagai perumpamaan, seorang pegawai yang bekerja, kemudian GBI, ADG dan para pimpinan satker akan melihat pekerjaannya. Maka pegawai tersebut akan bekerja sebaik mungkin.

Hal lain yang tidak kalah penting dalam pengembangan diri pegawai adalah keikhalasan. Ikhlas sebuah kata yang mudah disebut, namun terkadang sulit untuk implementasinya. Namun konsep ikhlas merupakan bagian penting, mau tidak mau harus ditanamkan dalam diri pegawai BI. Karena dalam setiap perjalanan organisasi BI itu, tidak selalu semua pegawai harus menjadi pemimpin seluruhnya dan organisasi akan berjalan mulus selalu.

Rasa ikhlas biasanya sering dikaitkan dengan kesabaran terhadap setiap permasalahan pribadi maupun permasalahan komunitas yang sering menjadi tantangan hidup. Terkadang etos kerja dan rasa ikhlas dapat diibaratkan seperti dua mata uang yang harus berjalan secara beriiringan. Iklhas pun bisa berarti bahwa segala kesuksesan yang diperoleh bukan hanya karena etos kerja semata, namun didalamnya tersirat rasa syukur karena ada campur tangan Allah Taala di dalamnya.

Hal lain yang juga terpenting dalam pengembangan diri pegawai adalah menciptakan pemimpin yang adil. Rasulullah saw bersabda : “Semua kita adalah Pemimpin. Dan setiap pemimpin akan mempertanggungjawabkan terhadap apa yang dipimpinnya.” Subhanallah sabda Rasulullah ini yang menjelaskan bahwa setiap orang/pegawai BI adalah pemimpin, yaitu pemimpin untuk dirinya, sebelum bicara sebagai pemimpin atas orang lain.

Pengembangan pegawai adalah untuk menciptakan pemimpin yang adil baik untuk dirinya maupun untuk bawahannya. Adil antara pekerjaan dengan keluarga di rumah yang selalu mengiringi keberhasilan pegawai tersebut di kantor. Adil antara kewajibannya sebagai pegawai dan adil atas kewajibannya sebagai hamba Tuhan.

Pemimpin adalah contoh teladan. Dia merupakan cermin bagi anak buahnya. Pemimpin harus memiliki integritas, rasa keadilan, kompetensi, etos kerja dan ikhlas serta cinta pengorbanan. Pemimpin adalah orang yang jujur, cerdas, dan amanah. Bank Indonesia harus serius dalam menciptakan SDM-nya untuk menjadi pemimpin yang handal. Hal ini ditandai dengan supremasi ketentuan Bank Indonesia yang tidak tumpul dalam menghukum pemimpin BI yang melanggar kode etik dan disiplin pegawai, serta openness dimana setiap pelanggaran dapat disampaikan melalui Whistle Blower System (WBS).

Pengembangan potensi diri pegawai BI perlu dilakukan secara optimal baik ruhani maupun jasmani. Pernyataan ini bukanlah sekedar slogan yang sering kita dengar, terlebih pengembangan “ruhani rabbani” sebuah kerja keras yang perlu ditanamkan pada setiap diri pegawai BI.

Peran BI sebagai bank sentral penjaga stabilitas ekonomi bangsa tidak terlepas dari keberhasilan pengembangan diri pegawai BI. Perubahan besar akan terlahir dari pegawai BI yang memiliki pribadi istimewa. Perubahan dengan ridho Allah swt akan memberikan bola salju untuk menggapai kemajuan yang lebih hakiki, tidak hanya sebatas kemajuan BI sebagai Bank Sentral, namun dampaknya bermanfaat bagi kesejahteraan masyarakat Indonesia.