Senin, 11 Agustus 2025

Para Jurnalis di Gaza dibungkam..


Berdasarkan informasi 10 Agustus 2025, sejak Oktober 1023 satu sumber menyebutkan 238 Jurnalis terbunuh dalam perang genosida Zionis Israel. Salah satunya Anas Al-Sharif, tewas dalam serangan Israel di dekat Rumah Sakit Al-Shifa di Gaza.

Pesan terakhir Anas al-Syarif

Jika kata-kata ini sampai kepada kalian, ketahuilah bahwa Israel telah berhasil membunuhku… dan membungkam suaraku.

Allah Maha Tahu bahwa aku telah mengerahkan seluruh tenaga dan kemampuanku, untuk menjadi sandaran dan suara bagi bangsaku.

Sejak mataku pertama kali terbuka melihat kehidupan di lorong-lorong sempit Kamp Pengungsi Jabalia, aku selalu berharap Allah memanjangkan umurku, agar suatu hari aku dapat pulang bersama keluarga dan orang-orang tercinta ke tanah kelahiran kami — kota ‘Asqalan yang dijajah, “Al-Majdal”. Namun, kehendak Allah lebih dahulu datang, dan ketetapan-Nya pasti berlaku.

Aku telah merasakan perihnya luka dan kehilangan, berulang kali. Namun, aku tak pernah berhenti menyampaikan kebenaran apa adanya, tanpa memutarbalikkan, tanpa mengaburkan.

Semoga Allah menjadi saksi atas siapa saja yang diam, yang merelakan kami dibunuh, yang mencekik napas kami… dan hatinya tak terguncang oleh tubuh-tubuh kecil anak-anak dan perempuan kami yang berserakan, tak tergerak menghentikan pembantaian yang telah menimpa rakyat kami lebih dari satu setengah tahun.

Aku berwasiat kepada kalian untuk Palestina — permata di mahkota umat Islam, detak jantung setiap jiwa merdeka di muka bumi.

Aku berwasiat kepada kalian untuk menjaga rakyatnya… terutama anak-anaknya yang tertindas, yang belum sempat bermimpi atau merasakan hidup aman dan damai. Anak-anak yang tubuh sucinya diremukkan ribuan ton bom dan roket Israel, yang jasadnya terkoyak… dan serpihan tubuhnya menempel di dinding-dinding rumah mereka.

Aku berwasiat: jangan biarkan belenggu membungkam kalian. Jangan biarkan garis batas membuat kalian berhenti melangkah. Jadilah jembatan yang menghubungkan menuju pembebasan negeri dan rakyat ini… sampai matahari kemuliaan dan kebebasan kembali terbit di atas tanah kami yang dirampas.

Aku berwasiat kepada kalian untuk berbuat baik kepada keluargaku.

Aku berwasiat untuk permata hatiku, putriku tercinta Sham, yang tak sempat kulihat tumbuh besar sebagaimana yang selalu aku impikan.
Aku berwasiat untuk putraku tersayang Shalah, yang kuharapkan menjadi penopangku dan teman seperjuangan hingga ia cukup kuat menggantikan pundakku, memikul amanah, dan melanjutkan misi ini.

Aku berwasiat untuk ibuku tercinta — berkat doa-doanya aku bisa bertahan sejauh ini. Doanya adalah bentengku, cahayanya adalah petunjuk jalanku. Semoga Allah meneguhkan hatinya, dan membalasnya dengan sebaik-baik balasan.

Aku juga berwasiat untuk istriku tercinta, Ummu Shalah – Bayan. Perang telah memisahkan kami berhari-hari, berbulan-bulan. Namun ia tetap teguh memegang janji, kokoh seperti batang zaitun yang tak pernah patah, sabar, tabah, memikul amanahku dengan kekuatan dan keimanan yang penuh.

Aku berwasiat kepada kalian semua: rangkullah mereka, jadilah sandaran bagi mereka, setelah Allah Azza wa Jalla.

Jika aku mati, maka aku mati dalam keteguhan prinsip. Aku bersaksi kepada Allah bahwa aku ridha dengan ketetapan-Nya, yakin akan perjumpaan dengan-Nya, dan percaya sepenuhnya bahwa apa yang ada di sisi Allah jauh lebih baik dan kekal.

Ya Allah, terimalah aku dalam barisan para syuhada. Ampunilah dosa-dosaku yang lalu maupun yang akan datang. Jadikan darahku cahaya yang menerangi jalan kebebasan bagi rakyat dan bangsaku.

Maafkan aku jika ada kekurangan. Doakan aku agar dirahmati, sebab aku telah berjalan di atas janji… dan aku tidak mengubah, tidak mengkhianati.

Jangan lupakan Gaza…
Dan jangan lupakan aku dalam doa-doa terbaik kalian, agar Allah mengampuni dan menerima amalanku.

Sumber: Masnhour 
Dari telegram Halo Palestina