Rabu, 30 April 2025

Sekelumit Cerita dari Ratusan Ribu Cerita Pilu...

Ditulis oleh Khadijah Khuwais #Srikandi Penjaga Masjidil Aqsa

Pada hari pertama di Penjara Ramla, mereka mencabut peniti yang menahan jilbabku.

Setelah pulang dari sidang pengadilan pertamaku, mereka kembali menghinakan: gelang tanganku dilarang, katanya, itu dianggap "aksesori tambahan".

Tanpa belas kasihan, penjaga penjara merampasnya dari tanganku dan melemparkannya ke tempat sampah.

Aku menahan pedih itu. Lengan gamisku sempit, aku tak butuh gelang... aku menenangkan diriku begitu.

Suatu malam, setelah seharian terombang-ambing di dalam bus, baru saja kupejamkan mata di sel saat mereka memanggilku lagi—untuk penyelidikan.

Aku bersiap tergesa. Kaus kakiku masih basah, baru saja kucuci, dan kupakai seadanya.

Ketika sipir membelenggu kakiku, dia mendesis,
"Saat kau kembali, lepaskan kaus kakimu!"

Sepulang dari penyelidikan lewat tengah malam, kaus kakiku direnggut dan dilempar ke tong sampah—seperti sampah itu, seperti aku dianggap mereka.

Sepuluh hari berlalu sejak penangkapanku. Aku kini terkurung sendiri, terisolasi dari manusia—hanya berteman shalat, Al-Qur’an, munajat, air mata, dan rintihan hati memohon pertolongan dari Allah Yang Maha Tinggi.

Di luar, bangsal isolasi penuh dengan teriakan, caci-maki, kegilaan.

Tapi aku... aku memilih diam, menahan badai di dadaku.
Pada sidang kelimaku, sepulang ke penjara, petugas memanggilku.

Dengan suara dingin, mereka berkata,
"Mulai hari ini, kau dilarang memakai jilbab dan cadar di penjara ini."

Aku kehilangan kata-kata.

Aku, yang selama ini menahan air mata agar tak memuaskan tawa sipir, aku yang berjanji pada diri sendiri takkan menangis di hadapan mereka—hari itu aku runtuh.

Aku menangis tersedu-sedu, di hadapan mereka, tanpa daya.

Tangisku pecah, seperti pintu-pintu kesabaran yang akhirnya hancur.

Mereka menyeretku ke kantor polisi.

Sipir memerintahkan:
"Lepaskan cadarmu."

Tanganku gemetar. Cadar itu dilucuti dari wajahku.
Lalu,
"Lepaskan gamismu, atau kami akan memaksanya."

Tak ada pilihan. Dengan hati terkoyak, aku lepaskan gamisku di depan mereka.

Mereka membawaku kembali ke sel, menyeret langkah-langkahku yang gemetar, dalam hinakan tanpa akhir.

Aku menangis seperti belum pernah aku menangis seumur hidupku.

Aku berdoa agar air mataku berhenti, tapi demi Allah, ia terus mengalir!

Aku, yang telah mencapai usia empat puluh tahun, belum pernah melepas jilbabku sejak aku berusia tujuh tahun.

Aku, yang tak pernah terlihat tanpa gamis sejak usia lima belas.

Kini, orang-orang keji itu menatap tubuhku tanpa jilbab dan cadar.

Aku menjerit.

Aku memanggil Al-Mu'tasim, aku berteriak kepada Sholahuddin,
aku memohon pada Tuhanku...

Yang menjawabku hanya gema dingin dari dinding-dinding batu.

Aku menangis selama dua jam penuh.

Aku shalat Isya tanpa jilbab, tanpa sujud penuh, karena lantai penjaraku berlumur kotoran.

Aku meminta kepada Allah hanya satu hal: agar aku tidur dan tidak hancur berkeping-keping karena derita ini.

Akhirnya aku terlelap hingga fajar.

Saat para penjaga menghitung kami pagi itu, aku kembali menangis dalam diam, menyembunyikan wajahku di antara tangan-tanganku.

Tak lama, penjaga pria memasuki sel untuk menggeledah.

Aku kembali menangis, memohon:
"Jilbabku, gamisku, itu bagian dari diriku. Melepasnya sama saja dengan menguliti tubuhku. Tanpa itu, shalatku tidak sah. 
Dan tidak halal bagiku dilihat laki-laki asing."

Tapi kata-kataku bagai angin lalu.

Hari itu mereka memindahkanku.

Sekilas kupikir tempat baru itu lebih baik.

Tapi begitu masuk, aku mendapati sebuah sel dua meter kali dua meter,
lantainya basah oleh air kotor dari toilet rusak,
kasurnya lapuk berkarat, penuh kecoak mati,
toiletnya tergenang tinja, tisu busuk, dan bau busuk menusuk.

Dua kamera mengintai seluruh gerak-gerikku—dari ranjang ke toilet, dari dinding ke pintu kaca bening.

Semua penjaga bisa melihatku. Tak ada privasi, tak ada kehormatan.

Ini bukan sel, ini kubangan najis.

Aku berwudhu di lantai kotor itu, shalat tanpa jilbab, tanpa sujud sempurna.

Keesokan paginya, baru diberikan jilbab dan gamis untuk ke pengadilan.

Aku tiba di ruang sidang dengan wajah kusut, tubuh lelah, mata bengkak karena tangis tanpa henti.

Dalam gambar pengadilan, aku ceritakan semua:
bagaimana jilbabku direnggut, gamisku dicopot, tubuhku dinistakan.

Bagaimana aku dipaksa shalat di atas tanah najis, tanpa penutup diri.

Seluruh penindasan dunia seolah berkumpul di wajahku hari itu.

Pengacaraku membela dengan gagah berani.

Di hadapan semua, ia ungkapkan penderitaanku.

Wajah-wajah terkejut, mulut-mulut bungkam, tak mampu membayangkan kebiadaban itu.

Berkat pembelaannya, pengadilan memerintahkan agar jilbab dan gamisku tidak direnggut lagi, dan aku dikembalikan ke sel lamaku.

Namun saat hendak kembali, sipir kembali menolak.

Mereka ingin menguliti harga diriku sekali lagi.

Kali ini, aku tak tinggal diam.

Aku berteriak "Allahu Akbar" berulang-ulang, empat jam lamanya, hingga suara serak dan tubuh gemetar.

Akhirnya mereka menyeretku ke kepala penjara.

Di sana, dengan napas tersengal, aku tunjukkan surat keputusan pengadilan.

Mereka terpaksa patuh.

"Cukuplah Allah bagiku, dan Dialah sebaik-baik Pelindung. Kepada-Nya aku adukan seluruh duka dan luka."

Kamis, 24 April 2025

RA Kartini, 21 April 2025...


Versi cerita RA Kartini yang tidak diketahui di bangku-bangku sekolah.

(Kartini, 1 Agustus 1903)
Dalam suratnya kepada Stella Zihandelaar bertanggal 6 November 1899, RA Kartini menulis;
Mengenai agamaku, Islam, aku harus menceritakan apa? Islam melarang umatnya mendiskusikan ajaran agamanya dengan umat lain. Lagi pula, aku beragama Islam karena nenek moyangku Islam.

Bagaimana aku dapat mencintai agamaku, jika aku tidak mengerti dan tidak boleh memahaminya?

Alquran terlalu suci; tidak boleh diterjemahkan ke dalam bahasa apa pun, agar bisa dipahami setiap Muslim. Di sini tidak ada orang yang mengerti Bahasa Arab. Di sini, orang belajar Alquran tapi tidak memahami apa yang dibaca.

Aku pikir, adalah gila orang diajar membaca tapi tidak diajar makna yang dibaca. Itu sama halnya engkau menyuruh aku menghafal Bahasa Inggris, tapi tidak memberi artinya.

Aku pikir, tidak jadi orang soleh pun tidak apa-apa asalkan jadi orang baik hati. Bukankah begitu Stella? RA Kartini melanjutkan curhat-nya, tapi kali ini dalam surat bertanggal 15 Agustus 1902 yang dikirim ke Ny Abendanon.

Dan waktu itu aku tidak mau lagi melakukan hal-hal yang tidak tahu apa perlu dan manfaatnya. Aku tidak mau lagi membaca Alquran, belajar menghafal perumpamaan-perumpamaan dengan bahasa asing yang tidak aku mengerti artinya.
Jangan-jangan, guruku pun tidak mengerti artinya. Katakanlah kepada aku apa artinya, nanti aku akan mempelajari apa saja. Aku berdosa. Kita ini terlalu suci, sehingga kami tidak boleh mengerti apa artinya.

Namun, Kartini tidak menceritakan pertemuannya dengan Kyai Sholeh bin Umar dari Darat, Semarang -- lebih dikenal dengan sebutan Kyai Sholeh Darat. Adalah Nyonya Fadhila Sholeh, cucu Kyai Sholeh Darat, yang menuliskan kisah ini.

Takdir, menurut Ny Fadihila Sholeh, mempertemukan Kartini dengan Kyai Sholel Darat. Pertemuan terjadi dalam acara pengajian di rumah Bupati Demak Pangeran Ario Hadiningrat, yang juga pamannya.
Kyai Sholeh Darat memberikan ceramah tentang tafsir Al-Fatihah. Kartini tertegun. Sepanjang pengajian, Kartini seakan tak sempat memalingkan mata dari sosok Kyai Sholeh Darat, dan telinganya menangkap kata demi kata yang disampaikan sang penceramah.
Ini bisa dipahami karena selama ini Kartini hanya tahu membaca Al Fatihah, tanpa pernah tahu makna ayat-ayat itu.

Setelah pengajian, Kartini mendesak pamannya untuk menemaninya menemui Kyai Sholeh Darat. Sang paman tak bisa mengelak, karena Kartini merengek-rengek seperti anak kecil. 

Berikut dialog Kartini-Kyai Sholeh.
"Kyai, perkenankan saya bertanya bagaimana hukumnya apabila seorang berilmu menyembunyikan ilmunya?" Kartini membuka dialog.
Kyai Sholeh tertegun, tapi tak lama. "Mengapa Raden Ajeng bertanya demikian?" Kyai Sholeh balik bertanya.
"Kyai, selama hidupku baru kali ini aku berkesempatan memahami makna surat Al Fatihah, surat pertama dan induk Al Quran. Isinya begitu indah, menggetarkan sanubariku," ujar Kartini.

Kyai Sholeh tertegun. Sang guru seolah tak punya kata untuk menyela. Kartini melanjutkan; "Bukan buatan rasa syukur hati ini kepada Allah. Namun, aku heran mengapa selama ini para ulama melarang keras penerjemahan dan penafsiran Al Quran ke dalam Bahasa Jawa. Bukankah Al Quran adalah bimbingan hidup bahagia dan sejahtera bagi manusia?"

Dialog berhenti sampai di situ. Ny Fadhila menulis Kyai Sholeh tak bisa berkata apa-apa kecuali subhanallah. Kartini telah menggugah kesadaran Kyai Sholeh untuk melakukan pekerjaan besar; menerjemahkan Alquran ke dalam Bahasa Jawa.

Setelah pertemuan itu, Kyai Sholeh menerjemahkan ayat demi ayat, juz demi juz. Sebanyak 13 juz terjemahan diberikan sebagai hadiah perkawinan Kartini. Kartini menyebutnya sebagai kado pernikahan yang tidak bisa dinilai manusia.

Surat yang diterjemahkan Kyai Sholeh adalah Al Fatihah sampai Surat Ibrahim. Kartini mempelajarinya secara serius, hampir di setiap waktu luangnya. Sayangnya, Kartini tidak pernah mendapat terjemahan ayat-ayat berikut, karena Kyai Sholeh meninggal dunia.

Kyai Sholeh membawa Kartini ke perjalanan transformasi spiritual. Pandangan Kartini tentang Barat (baca: Eropa) berubah. Perhatikan surat Kartini bertanggal 27 Oktober 1902 kepada Ny Abendanon.

Sudah lewat masanya, semula kami mengira masyarakat Eropa itu benar-benar yang terbaik, tiada tara. Maafkan kami. Apakah ibu menganggap masyarakat Eropa itu sempurna? Dapatkah ibu menyangkal bahwa di balik yang indah dalam masyarakat ibu terdapat banyak hal yang sama sekali tidak patut disebut peradaban.
Tidak sekali-kali kami hendak menjadikan murid-murid kami sebagai orang setengah Eropa, atau orang Jawa kebarat-baratan.

Dalam suratnya kepada Ny Van Kol, tanggal 21 Juli 1902, Kartini juga menulis; Saya bertekad dan berupaya memperbaiki citra Islam, yang selama ini kerap menjadi sasaran fitnah. Semoga kami mendapat rahmat, dapat bekerja membuat agama lain memandang Islam sebagai agama disukai.

Lalu dalam surat ke Ny Abendanon, bertanggal 1 Agustus 1903, Kartini menulis; "Ingin benar saya menggunakan gelar tertinggi, yaitu Hamba Allah”

 (Sumber : Republika 1 April 2012).

Senin, 21 April 2025

Kerusakan Paska Ceasefire..

Biro Media Pemerintah merilis statistik terbaru mengenai genosida yang dilakukan penjajah israel ke Jalur Gaza yang berlangsung selama 534 hari – dari Sabtu, 7 Oktober 2023 hingga Ahad, 23 Maret 2025, sebagai berikut:

πŸ”» 534 hari genosida dan pembersihan etnis oleh penjajah israel.

πŸ”» 12.000 jumlah seluruh pembantaian yang dilakukan penjajah israel terhadap warga Jalur Gaza.

πŸ”» 61.221 korban jiwa dan orang hilang.

πŸ”» lebih dari 11.200 orang hilang, di antara mereka terdapat korban jiwa yang belum berhasil dievakuasi ke rumah sakit dan beberapa orang lainnya belum diketahui nasibnya.

πŸ”» 50.021 korban jiwa.

πŸ”» 11.850 pembantaian yang dilakukan penjajah israel terhadap keluarga Palestina.

πŸ”» 2.165 keluarga Palestina yang menjadi korban genosida penjajah israel dan hilang dari catatan sipil Palestina dengan kondisi ayahnya, dan ibunya dan seluruh keluarganya dibunuh penjajah israel. Jumlah orang yang gugur dalam seluruh keluarga tersebut mencapai 6.161 orang.

πŸ”» 5.064 keluarga Palestina yang menjadi korban genosida penjajah israel dan hanya menyisakan satu anggota keluarga yang tersisa. Jumlah orang yang gugur dalam seluruh keluarga tersebut mencapai 9.272 orang.

πŸ”» 17.954 anak-anak gugur.

πŸ”» 274 bayi yang dilahirkan meninggal dunia akibat genosida penjajah israel.

πŸ”» 876 anak di bawah umur 1 tahun meninggal dunia akibat agresi.

πŸ”» 52 orang meninggal dunia akibat gizi buruk, tidak ada makanan dan kelaparan.

πŸ”» 17 orang meninggal dunia akibat suhu dingin ekstrim di kamp pengungsi, yang di antaranya 14 anak-anak.

πŸ”» 12.365 wanita gugur.

πŸ”» 1.394 orang tenaga kesehatan gugur.

πŸ”» 105 orang tim SAR gugur.

πŸ”» 206 orang jurnalis gugur.

πŸ”» 743 polisi dan petugas keamanan gugur

πŸ”» 154 kejahatan penjajah israel yang menargetkan polisi dan petugas keamanan

πŸ”» 7 kuburan massal yang dibuat oleh penjajah israel di dalam rumah-rumah sakit

πŸ”» 527 jasad yang telah dievakuasi dari 7 kuburan massal di dalam rumah-rumah sakit

πŸ”» 113.274 orang luka-luka.

πŸ”» 17.000 orang korban luka membutuhkan rehabilitasi jangka panjang.

πŸ”» 4.700 kasus amputasi, 18% di antaranya adalah anak-anak.

πŸ”» lebih dari 60 persen korban adalah anak-anak dan wanita.

πŸ”» 400 jurnalis dan pekerja media luka-luka

πŸ”» 226 pusat penampungan pengungsi yang diserang.

πŸ”» Hanya 10 persen lahan dari luas wilayah Jalur Gaza yang diklaim penjajah israel sebagai “zona kemanusiaan”.

πŸ”» 39.384 anak-anak menjadi yatim atau piatu atau yatim piatu.

πŸ”» 14.323 perempuan kehilangan suaminya akibat genosida

πŸ”» 3.500 anak terancam nyawanya karena gizi buruk dan krisis pangan.

πŸ”» 22.000 korban luka membutuhkan pengobatan di luar Jalur Gaza.

πŸ”» 13.000 pasien dan korban luka telah menjalani prosedural pemindahan dan menunggu perjalanan.

πŸ”» 12.500 penderita kanker terancam nyawanya dan membutuhkan pengobatan.

πŸ”» 3.000 pasien dengan berbagai penyakit yang diderita membutuhkan pengobatan di luar Jalur Gaza.

πŸ”» 2.136.026 orang terinfeksi penyakit menular akibat pengungsian.

πŸ”» 71.338 kasus infeksi virus hepatitis akibat pengungsian.

πŸ”» Sekitar 60.000 wanita hamil terancam bahaya karena tidak adanya layanan kesehatan.

πŸ”» 350.000 penderita penyakit kronis terancam bahaya akibat larangan masuknya obat-obatan.

πŸ”» 6.628 kasus penawanan dari Jalur Gaza.

πŸ”» 360 kasus penawanan tenaga kesehatan (3 dokter diantaranya dibunuh penjajah israel di dalam penjara)

πŸ”» 48 kasus penawanan jurnalis yang telah diketahui namanya.

πŸ”» 26 kasus penawanan personil tim SAR.

πŸ”» 2 juta orang Palestina mengungsi di Jalur Gaza.

πŸ”» 110.000 tenda usang dan tidak layak huni untuk pengungsi.

πŸ”» 280.000 keluarga membutuhkan tenda atau karavan atau rumah mobil di Jalur Gaza.

πŸ”» 221 kantor pemerintahan hancur.

πŸ”» 139 sekolah dan universitas hancur total.

πŸ”» 359 sekolah dan universitas hancur sebagian.

πŸ”» 12.900 siswa dan siswi gugur.

πŸ”» 785.000 siswa dan siswi kehilangan hak pendidikan.

πŸ”» 800 guru dan pekerja pendidikan gugur.

πŸ”» 150 ilmuwan, professor universitas dan peneliti gugur.

πŸ”» 825 masjid hancur total.

πŸ”» 161 masjid hancur dan perlu renovasi.

πŸ”» 3 gereja hancur.
πŸ”» 19 makam hancur total dan sebagian dari 60 makam yang berada di Jalur Gaza.

πŸ”» 2.300 jenazah yang dicuri penjajah israel dari sejumlah kuburan di Jalur Gaza.

πŸ”» sekitar 165.000 unit rumah hancur total.

πŸ”» sekitar 115.000 unit rumah yang hancur dinyatakan tidak layak untuk dihuni.

πŸ”» sekitar 200.000 unit rumah hancur sebagian.

πŸ”» lebih dari 100.000 ton peledak yang digunakan untuk membombardir Jalur Gaza.

πŸ”» 34 rumah sakit dibakar penjajah israel atau menjadi target serangan atau berhenti memberikan pelayanan.

πŸ”» 80 pusat kesehatan berhenti memberikan pelayanan.

πŸ”» 162 lembaga kesehatan menjadi target serangan penjajah israel.

πŸ”» 138 mobil ambulan hancur akibat serangan penjajah israel.

πŸ”» 206 situs arkeologi dan peninggalan Palestina hancur.

πŸ”» 3.700 km jaringan listrik dihancurkan oleh penjajah israel.

πŸ”» 2.150 trafo pemasok listrik melalui udara dan darat hancur.

πŸ”» 330.000 meter panjang jaringan pipa air yang dihancurkan penjajah israel.

πŸ”» 655.000 meter jaringan pembuangan limbah yang dihancurkan penjajah israel.

πŸ”» 2.846.000 meter panjang jalan-jalan dan proyek-proyek yang dihancurkan penjajah israel.

πŸ”» 42 fasilitas, taman bermain dan pusat kebugaran hancur.

πŸ”» 719 sumur air hancur dan tidak bisa digunakan.

πŸ”» lebih dari 88 persen persentase kehancuran di Jalur Gaza.

πŸ”» Lebih dari 41 milyar dolar amerika kerugian akibat genosida penjajah israel ke Jalur Gaza.

Sumber: Biro Media Pemerintahan Palestina

___

Simak kabar Palestina terkini di channel Telegram: 

πŸ‡΅πŸ‡Έ Halopalestina
✅ Join Channel: https://t.me/halopalestinacom

Senin, 14 April 2025

Mengapa Hamas tidak menyerah saja?....

Serahkan senjata kalian agar kami dapat membantai kalian dan tidak menyisakan satu manusia pun di antara kalian...!!

Jika Anda tidak mengerti Bosnia, Anda tidak akan mengerti Gaza...!!
Pahami dulu Bosnia, baru bisa paham Gaza dan apa yang terjadi di sana, supaya tidak kaget..!!

Perang genosida yang dilancarkan bangsa Serbia terhadap kaum Muslim Bosnia, yang mengakibatkan 300.000 orang Muslim menjadi syahid, 60.000 wanita dan gadis diperkosa di sana. Satu setengah juta orang mengungsi dari sana.  

Apakah kita mengingatnya?  
Atau apakah kita melupakannya?  
Atau Anda tidak tahu apa-apa tentang hal itu sama sekali?!

Pembawa acara CNN berbicara tentang peringatan pembantaian Bosnia, dan bertanya kepada koresponden terkenal, Christiana Amanpour: "Apakah sejarah terulang kembali?  
Komentar Christiana Amanpour dari CNN mengenai peringatan hari jadi Bosnia:  
Itu adalah perang abad pertengahan, yang menewaskan, mengepung, dan membuat umat Muslim kelaparan, dan Eropa menolak untuk campur tangan, dengan mengatakan: 
-Itu perang saudara, dan itu hanyalah mitos...!  

Holocaust berlangsung selama sekitar 4 tahun, di mana Serbia menghancurkan lebih dari 800 masjid, beberapa di antaranya berasal dari abad ke-16 M.Mereka membakar perpustakaan bersejarah Sarajevo. 

PBB turun tangan dan menempatkan gerbang di pintu masuk kota-kota Muslim seperti GoraΕΎde, Srebrenica, dan Zepa, tetapi kota-kota tersebut dikepung dan ditembaki, jadi perlindungan tersebut tidak ada gunanya. 

Orang-orang Serbia menempatkan ribuan umat Muslim di kamp-kamp konsentrasi, menyiksa mereka, dan membuat mereka kelaparan hingga menjadi kerangka.  

Ketika seorang komandan Serbia ditanya: Mengapa ?  
Dia bilang: Mereka tidak makan daging babi!  

Selama pembantaian di Bosnia, The Guardian menerbitkan peta satu halaman penuh,
Lokasi kamp pemerkosaan untuk wanita Muslim menunjukkan 17 kamp besar, beberapa di antaranya berada di dalam Serbia sendiri.  

Orang Serbia memperkosa anak-anak... seorang gadis berusia 4 tahun, ...The Guardian menerbitkan sebuah laporan tentang hal ini yang berjudul:  
"Satu-satunya kejahatan gadis itu adalah karena ia seorang Muslim."  

Tukang jagal Mladic mengundang panglima Muslim di Zepa ke suatu pertemuan, memberinya sebatang rokok, tertawa sebentar bersamanya, lalu menerkam dan membantainya.

Mereka melakukan perbuatan jahat terhadap Ziba dan penduduknya.  
Namun kejahatan yang paling terkenal adalah pengepungan Srebrenica. Para prajurit internasional (Tentara Salib) menghabiskan malam bersama orang-orang Serbia, berdansa, dan beberapa dari mereka menawar wanita-wanita Muslim demi kehormatan mereka dengan imbalan sesuap makanan.  

Serbia mengepung Srebrenica selama dua tahun, pengeboman tidak pernah berhenti sedetik pun, Serbia mengambil sebagian besar bantuan yang tiba di kota itu, lalu Barat memutuskan untuk menyerahkannya kepada serigala: Batalion Belanda yang melindungi Srebrenica berkonspirasi dengan Serbia, dan menekan kaum Muslim untuk menyerahkan senjata mereka demi keselamatan..!  

Umat Islam menyerah setelah kelelahan dan penderitaan, setelah orang Serbia merasa aman, mereka menyerang Srebrenica, memisahkan laki-laki dari perempuan, mengumpulkan 12.000 laki-laki (anak laki-laki dan laki-laki dewasa), membantai mereka semua, dan memutilasi mereka.  

- Diantara Bentuk mutilasi:  

1. Orang Serbia itu berdiri di atas pria Muslim yang hidup dan mengukir salib Ortodoks di wajahnya. (dari laporan majalah Newsweek atau Time). 
 
2. Beberapa orang Muslim memohon kepada orang Serbia itu untuk membunuhnya karena parahnya rasa sakit yang dideritanya..!  

3. Sang ibu memegang tangan orang Serbia itu, memohon padanya agar tidak membantai putra kesayangannya. Lalu dia memotong tangannya dan kemudian menggorok lehernya di depan matanya..!  

Pembantaian itu terus terjadi.. sedang kita melihat, mendengar, makan, bersenang- senang, dan bermain.  

Setelah pembantaian Srebrenica, tukang jagal Radovan Karadzic memasuki kota sebagai penakluk dan berkata:  
Srebrenica dulunya milik Serbia, dan sekarang kembali ke tangan Serbia.  

Orang-orang Serbia biasa memperkosa seorang wanita Muslim dan memenjarakannya selama 9 bulan hingga dia melahirkan. Mengapa?  

Seorang warga Serbia mengatakan kepada sebuah surat kabar Barat:  
Kami ingin wanita Muslim melahirkan bayi Serbia.  

Kita ingat Bosnia, Sarajevo, Banja Luka dan Srebrenica.

Kami mengatakannya dan mengulanginya:  
Kami tidak akan melupakan Balkan..  
Kami tidak akan pernah melupakan Granada..  
Kami tidak akan melupakan Palestina..  

Di sini kita harus mencatat dengan tinta rasa malu posisi orang tua Ortodoks (Boutros Boutros-Ghali), yang saat itu adalah Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa, dan yang secara terang-terangan berpihak pada saudara-saudara Serbianya.

Namun setelah 30 tahun kita belum belajar pelajaran tersebut..  

Tambahan yang diperlukan: Bangsa Serbia akan memilih ulama, imam masjid, kaum intelektual, dan pengusaha untuk dibunuh. Mereka akan mengikat mereka, kemudian membantai mereka, dan melemparkan mereka ke sungai.

Cerita sejarah ini tidak diceritakan ke anak-anak hanya untuk membuat mereka tertidur. 

Bahkan, diceritakan kepada laki-laki agar mereka bangun.
Jazaallahu Allah khairan kepada siapapun yang membaca dan membagikannya.

Kemudian kini ada orang yang menyalahkan Hamas karena menyebabkan perang dan mereka harus menyerahkan senjatanya?

Disadur Dari wa
Ditulis oleh: Fahmi Huwaydi